Selasa, 25 Januari 2011

SEJARAH AJARAN JAINISME

Jainisme adalah sebuah agama kuno dari India yang mana dikatakan berasal dari keluarga Dharma. Walaupun pengikutnya adalah kelompok minoriti dengan lebih kurang 49 juta pengikut di India, pengaruh pengikut Jain pada agama, etika, politik, dan ekonomi cukup besar. Penyebaran luas konsep India seperti karma, ahimsa, mokhsa, dan reinkarnasi, sebenarnya berasal dari guru-guru Jain atau dikembangkan dari sekolah gagasan Shramana, tempat asalnya Jainisme. (Paul Masson: 1934)
Ajaran ini kira-kira sudah wujud pada zaman prasejarah India.  Pengikut agama Jainisme yang digelar Jaina mempercayai dengan adanya 24 Tirthankkara atau “pendiri keyakinan” dari mana keyakinan dan agama Jainisme diturunkan dan berkembang. Menurut tradisi Jainisme, Tirthangkara pertama adalah Rishabha yang merupakan pendiri agama Jainisme dan yang terakhir adalah Mahavira, pahlawan spiritual besar, yang namanya juga adalah “vardhamana”. Mahavira, nabi terakhir tidak boleh dipandang sebagai pendiri, kerana sebelum beliau, ajaran-ajaran Jainisme telahpun wujud. Tetapi Mahavira memberikan orientasi baru sehingga Jaina masa kini menganggap ajaran JainIsme berasal dari Mahavira. Ia hidup pada abad ke-6 sebelum masihi se-zaman dengan Buddha. (A.L. Basham: 1975)
Ajaran ini menekankan aspek etika, terutama komitmennya terhadap konsep ahimsa. Para sarjana mengatakan, konsep ahimsa inilah yang banyak mempengaruhi ajaran-ajaran berikutnya, seperti Buddha, dan Hindu. Menurut tradisi Jaina, perguruan yang sangat panjang sejak zaman pra-sejarah diturunkan dimana keyakinan ajaran ini diteruskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Guru-guru yang telah meneruskan ajaran-ajaran Jaina ini berjumlah dua puluh empat orang (seperti yang disebutkan diatas tadi), yang disebut Tirthangkara atau “penyebar keyakinan” dan yang telah mendapat pencerahan. (Wm. Theodore de Bary: 1958)


Catatan Popular